Sabtu, 08 Desember 2012

Makalah Konservasi

KATA PENGANTAR

 Puji  dan syukur penulis  panjantkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karna atas izin dan petunjuk Nya  kelompok tiga dapat mebuat dan menyelesaikan  makalah konservasi ini.
   Makalah ini bukan hanya sebagai pemenuhan tugas belaka,tetapi merupakan sebagai bahan referensi, pegangan dalam mengembangkan dan menambah pengetahuan tentang konservasi. Karena sangat penting guna melundungi ekologi, ekosistem maupun habitat endemik di daerah tertentu.
    Kami menyadari dengan sungguh bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan keterbatasan oleh sebab itu kritik, saran yang sifatnya membangun sangat di butuhkan demi mengoreksi makalah ini dan makalah – makalah kedepan nantinya.
    Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususunya mahasiswa DARUSSALAM (fakultas perikananan) dalam menguasai ilmu pengetahuan perikanan dan mengaplikasikannya di dalam masyarakat.
   Akhir kata kami mengucapkan terimah kasih dan selamat belajar.






    Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
    Latar Belakang
    Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A.    Potensi dan Pemanfaatan Laut Sawu
B.    Penetapan Laut Sawu  Sebagai Daerah Konservasi
BAB III : PENUTUP
-    Kesimpulan
-    Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

    Latar belakang
Dalam satu dekade belakang ini, pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil dan mulai intensif di lakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu potensi untuk memanfaatkan oleh manusia sejak dahulu adalah sebagai pemukiman dengan alas an yang bervariasi seperti kemudahan transportasi, tigginya aktifitas budidaya dan lai sebagainya. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumberdaya alam yang amat besar, 56% asupan protein masyarakat di peroleh dari ikan dan produk perikanan. Hingga tahun 2000, wilayah pesisir dan laut menghasilkan rata – rata hasil produksi sebesar, 3,5 juta ton pertahun (2003). Konservasi baru mulai di sadari dem ikeberlanjuatan manusia yang mendiami bumi bukan secara keseluruhan termasuk lautan, perairan pantai dan estuary yang merupakan 71% planet bumi.
Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur usulkan pencadangan Perairan Laut Sawu sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN). Kawasan ini memiliki luas sekitar 3,5 juta ha atau 3.521.130,01 hektar yang meliputi wilayah 2 (dua) zonasi yaitu Zona Perairan Selat Sumba, dan Zona Perairan Tirosa-Batek. Secara rinci berdasarkan Zona Sawu perairan Selat Sumba seluas 567.165,44 Ha berada pada wilayah meliputi 6 (enam) Kabupaten yaitu Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Manggarai dan Manggarai Barat. Zona perairan Tirosa-Batek seluas 2.953.964,37 Ha berada pada wilayah meliputi 4 (empat) Kabupaten yaitu Sumba Timur, Rote Ndao, Kupang, dan Kota Kupang, serta Timor Tengah Selatan.
Rumusan Masalah
-    Potensi dan pemanfaatan apa saja di daerah Konservasi Laut Sawu ? ? ?

-    Kenapa Laut Sawu di jadikan daerah Konservasi ? ? ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Potensi dan Pemanfaatan Laut Sawu
Pada era otonom saat ini, sudah saatnya kita melihat wilayah konservasi laut sebagai daerah yang menarik dan perlu di lindungi sehingga dapat meningkatakan devisa daerah, warisan kepada anak bangsa. Pada pengelolaan dan pemanfatan SDA dan lingkungan maka barang tentu sudah seharusnya mengacu pada tata ruang yang ada, di mana dalam pelaksanaanya harus memperhatikan efesiensi pemanfaatan sumberdaya, konsistensi dalam budget alokasi dan keterpaduan pengembangan area.

a.    Secara ekologis
-    Perairan Laut Sawu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam kawasan segi tiga emas karang dunia (the coral triangle) yang memiliki keaneragaman hayati laut sangat kaya.
-    Merupakan daerah perlintasan berbagai jenis paus serta tiga jenis penyu yang harus dilindungi. Berdasarkan penelitian Pet Soede di tahun 2002, saat ini terdapat 14 spesies ikan paus yang ada di wilayah Laut Sawu, yaitu, Blue Whale, Pygmy Killer Whale, Short Fined Pilot Whale, Risso's Dolphin, Sperm Whale, Pan Tropical Spotted Dolphin, Sought Toothed.
-    Laut sawu juga merupakan rumah bagi beberapa spesies kura-kura,   antara lain, Hawksbill Turtle, Green Turtle, Leatherback Turtle, dan Olive Ridley Turtle.
-    Tempat perlintasan bagi 14 jenis paus dan habitat dan bagi lumba-lumba, duyung, ikan pari dan penyu.
-    Kawasan perairan Laut Sawu, menjadi area cumbu rayu ikan paus, melahirkan dan membesarkan anak. Anak ikan kemudian menyebar ke perairan lain di dunia, lalu kembali lagi untuk beranak-pinak di kawasan itu.
b.    Secara social
-    Praktik penangkapan ikan tidak ramah lingkungan, yang menggunakan racun, pemboman ikan, juga eksploitasi kawasan pesisir seperti penambangan pasir pantai dan karang mengakibatkan kemerosotan lingkungan di kawasan perairan tersebut
-    Penetapan zona yang berpusat pada zona pembiakan ikan, ada zona penangkapan dan sebagainya, yang ditetapkan setelah melalui sebuah percakapan yang mendalam di antara semua pemangku kepentingan, lalu kemudian menindak-lanjutinya dengan rencana aksinyata  konservasi. Sehinnga tidak terjadi konflik lintas sector.
-    Laut sawu sering di lewati kapal motor penyeberangan (fery), belum termasuk kapal-kapal perintis dan kapal barang. Dalam hal Laut Sawu menjadi jalur pelayaran nasional, para pemangku kepentingan akan melakukan kampanye penyadaran, agar kapal-kapal tersebut tidak membuang limbah ke laut secara sembarangan. Sehingga tidak terjadi pencemaran di daerah konservasi tersebut

c.    Secara ekonomi
-    Meningkatkan devisa daerah karena selain daerah konservasi, juga di manfaatkan untuk pariwisata. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyrakat sekitar.
-    Mempromosikan Kupang dan beberapa wilayah pesisir sebagai basis wisata alam, meningkatkan kapasitas berbagai lembaga yang terlibat dalam pengelolaan konservasi, pelatihan lapangan dan pendanaan untuk kegiatan berkelanjutan bagi berbagai pemangku kepentingan.
-    Membuka lapanagn pekerjaan serta menciptakan lapangan usaha bagi masyarakat sekitar daerah konservasi.



B.    Penetapan Laut Sawu  Sebagai Daerah Konservasi

a.    Dasar Penetapan
Usulan ini merupakan realisasi dari tindak lanjut program nasional tentang pencadangan Kawasan Konservasi Perairan seluas 10 juta Hektar pada tahun 2010 yang telah disampaikan Presiden RI pada Konferensi Intenasional “Convention on Biological Biodifast” di Brasil pada Maret 2006, dan sejalan dengan program Pemda tentang Gerakan Masuk Laut (GEMALA), serta program Pemda tahun 2008-2013 berupa Delapan program Strategis dan Anggur Merah. Dengan diusulkannya Laut Sawu sebagai kawasan konservasi, maka secara otomatis target program 10 juta hektar pada tahun 2010 telah terlampaui.
Usulan ini berdasarkan pada hasil kajian dan rekomendasi Tim Pengkajian dan Penetapan Kawasan Konservasi Laut (TPP KKL) Laut Sawu, Solor Lembata Alor (SOLAR). Dalam kajian tersebut telah dipertimbangkan mengenai kekayaan dan keanekaragaman jenis biota dan sumberdaya di perairan laut Sawu, serta keunikan habitat dan karakeristik oceanografi yang dimilikinya. Dipertimbangkan pula kepentingan Laut Sawu secara lokal, nasional dan internasional, serta Keterikatan tradisi dan budaya masyarakat lokal dengan sumberdaya perairan. Faktor lain yang dipertimbangkan adalah terdapat ketergantungan masyarakat lokal dan pemerintah daerah terhadap sumberdaya di perairan Laut Sawu, serta kerentangan dan ancaman terhadap ekosistem dan sumberdaya di wilayah pesisir dan perairan tersebut.
Hal penting terkait penetapan dan pengelolaan Laut Sawu adalah untuk melindungi keanekaragaman hayati bagi pengelolaan perikanan yang berkelanjutan sehingga memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan pemerintah daerah. Untuk pengelolaannya, dilakukan dengan system zonasi yang mengakomodasi berbagai kepentingan, dan pendekatan kolaboratif serta adaptif yang melibatkan berbagai pihak.


b.    Dasar Hukum
-    UU No. 5 Th. 1990 Tentang Konservasi SDAH & E
-    PP No. 18 Th. 1994 Tentang Pengusahaan Priwisata Alam Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
-    Undang-undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang ;
-    Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ;
-    UUD No.31Th 2005 Tentang Perikanan.
-    UUD No. 27 Th 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PPK


BAB III
PENUTUP

    Kesimpulan
Kawasan perairan Laut Sawu, menjadi area cumbu rayu ikan paus, melahirkan dan membesarkan anak. Anak ikan kemudian menyebar ke perairan lain di dunia, lalu kembali lagi untuk beranak-pinak di kawasan itu. kata ahli ikan paus DR Benjamin Kahn, yang juga direktur "Apex International", sebuah lembaga yang menaruh perhatian pada perlindungan mamalia laut, termasuk ikan paus. penetapan Laut Sawu sebagai kawasan konservasi perairan, akan memberikan manfaat besar bagi perlindungan terhadap mamalia laut, karena selain menjadi kawasan transit, juga daerah cumbu rayu dan berkembang biak paling aman bagi paus.Dengan adanya daearah konservasi di harapakan dapat mendorong upaya partisipasi, keperpihakan dan pemberdayaan masyarakat, penerapan kemitraan usaha di bidang pariwisat dengan memanfaatkan daerah konservasi. Memanfaatkan potensi kawasan atau sumberdaya optimal secara berkesinambungan serta tetap menjaga lingkungan secara lestari.

    Saran
-    Pemerinta daerah propinsi Perlu merancang  pembagian zonasi pemanfaatan daerah pesisir, sehinga dapat berindikasi pengrukan serta konflik antara setiap penmangku kepentingan.
-    Harus mempertegas masyarakat sekitar daerah konsevasi agar tidak melakukan kegiatan destruktif fishing berupa penakapan ikan dengan bom/racun, penambangan pasir dan lain – lain. Sehingga dapat merusak dan memusnakan habitat indemik yang terdapat di perairan laut sawu.
-    Mahasiswa sebagai agen of knowledze di harapakan untuk bersama – sama dalam pelestarian daerah konservasi yang ada berupa sosialisasi dan penelitian yang kemudian akan di jadikan rekomendasi agar menjadi sumbangsi keberlangsungan sumberdaya hayati yang ada. Kalau bukan dari kita, harus iapa lagi !
DAFTAR PUSTAKA

-    Panduan bimbingan teknis penataan ruang dan pengelolaan wilayah peisisir dan pulau – pulau kecil, oleh : DKP Prov. Maluku 2011.
-    Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, oleh : Balai konservasi sumberdaya alam Maluku. November 2011.
-     Anita Padang . Bahan ajar mata  kuliah Konservasi, Mei 2011.
-    www.google@yahoo.com tentang Laut sawu. Mei 2011
-    www.google@yahoo.com tentang konservasi Laut Sawu. Mei 2011

Makalah Purse Seine

 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena atas izin Nyalah makalah kecil ini dapat di susun tepat pada waktunya, tak lupa pula terimah kasih kepada dosen pembimbing karena telah mamberikan pengetahuan yang sudah pernah di jalankan tetapi belum sepenuhnya mengetahui, terimah kasih juga di ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat tersesun sesuai dengan yang di harapkan.
    Begitu pentingnya pengetahuan Alat Tangkap yang harus  melihat strategia penangkapan adar tidak merusak ekosistem laut. Untuk itu telah jauh-jauh hari negara mengatur kewajiban untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup (laut) serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hudup yang berada didalam laut. Oleh sebab itulah makalah ini dapat di jadikan satu rekomendasi positif kepada masyarakat maupun mahasiswa sendiri agar dapat meningkatkan pengetahuan, sekligus menambahkan pemahaman tentang Alat Tangkap Purse Seine.
     Maka dari itu di butuhkan kritik dan saran yang sipatutnya membangun demi melengkapi makalah ini dan makalah selanjutnya.
    Selamat belajar dan mengaplikasikannya di lingkungan kampus dan masyarakat.


Ambon, 3 November 2012


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A.    Latar Belakang........................................................................................................1
B.    Rumusan Masalah...................................................................................................1
C.    Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A.    Definisi Purse Seine................................................................................................3
B.    Sejarah Purse Seine.................................................................................................3
C.    Prospektif Purse Seine............................................................................................4
D.    Bahan dan Spesifikasinya.......................................................................................4
E.    Hasil Penangkapan..................................................................................................5
F.    Daerah Penagkapan.................................................................................................5
G.    Alat Bantu Penangkapan.........................................................................................5
H.    Teknik Penangkapan...............................................................................................7
I.    Hal-hal yang Mempengaruhi Hasil Penangkapan...................................................8
BAB III PENUTUP............................................................................................................10
A.    Kesimpulan...........................................................................................................10
B.    Saran......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki garis pantai 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2, sehingga potensi perikanan Indonesia sangat besar. Ada banyak alat tangkap yang digunakan untuk mengeksplorasi hasil perikanan laut, salah satunya adalah alat tangkap pukat cincin (purse seine). Purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis di sekitar permukaan air.
Purse seine merupakan alat tangkap ikan berbentuk jaring kantong yang dilengkapi dengan pelampung pada tali ris atas, pemberat dan cincin pada tali ris bawah. Prinsip kerjanya melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring kemudian tali kolor di tarik hingga bagian bawah jaring menutup dan membentuk kantong sehingga ikan terjebak dan tidak dapat keluar. Alat tangkap Purse Seine di gunakan untuk menangkap ikan permukaan dan hidup bergerombol.                        
 Daerah penangkapan atau fishing Ground untuk alat tangkap Purse Seine yaitu perairan yang arusnya kecil, dasar perairan berlumpur, tidak ada karang . Dan terdapat ikan yang hidup bergerombol.

B.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ini dibuat oleh penulis dengan maksud untuk para pembaca mengetahui :

1.    Definisi purse seine
2.    Sejarah purse seine
3.    Prospektif purse seine
4.    Bahan dan spesifikasinya
5.    Hasil tangkapan
6.    Daerah penangkapan
7.    Alat bantu penangkapan
8.    Teknik penangkapan (sitting dan moulting)
9.    Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1.    Memberi informasi tentang purse seine.
2.    Sebagai bahan diskusi antar mahasisiwa.
3.    Sebagai baha acuan dalam pembelajaran.
4.    Menambah wawasan tentang bidang perikanan.
5.    Agar dapat di implemtasikan jika suatu saat bereda di lapangn.
6.    Sebagai bahan acuan untuk menjaga kelestarian laut.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI PURSE SEINE
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana  “tali cincin” atau  “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.
Di Jepang purse seine dapat dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1.One Boat Horse Sardine Purse Seine
2.Two Boat Sardine Purse Seine
3.One Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
4.Two Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
5.One Boat Skipjack and Tuna Purse Seine
6.Two Boat skipjack and Tuna Purse Seine

Dari keenam macam purse seine di atas no (2), (3), (5) merupakan purse seine yang banyak digunakan.
Dalam paper ini akan dibahas purse seine dengan menggunakan 1 kapal.

B.    SEJARAH PURSE SEINE
Purse seine, pertama kali diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di Batam (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973 / 1974) dan berkembang pesat sampai sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan konflik sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya.

C.    PROSPEKTIF PURSE SEINE
Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh yang kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40 orang. Untuk operasi penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”. Sasaran penangkapan terutama jenis-jenis ikan pelagik kecil (kembung, layang, selat, bentong, dan lain-lain).
Hasil tangkapan terutama lemuru, kembung, slengseng, cumi-cumi.

D.    BAHAN DAN SPESIFIKASINYA
a.    Bagian Jaring
Nama bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang membaginya menjadi 2 yaitu “bagian tengah” dan “bagian jampang”. Namun yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu :
•    Jaring Utama
•    Jaring Sayap
•    Jaring Kantong

b.    Tali Temali
•    Tali Pelampung
•    Tali ris Atas
•    Tali ris Bawah
•    Tali Pemberat
•    Tali Kolor Bahan
•    Tali Slambar

c.    Pemberat
Terbuat dari timah sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.

d.    cincin
Terbuat dari besih dengan diameter lubang 11,5 cm, digantung pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor (purse seine).

e.    Pelampung
Ada 2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang ditengah sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang dibagian tengah lebih rapat dibandingkan dibagian pinggir.

E.    HASIL TANGKAPAN
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.
Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp), bentang, kembung (Rastrehinger spp) lemuru (Sardinella spp), slengseng, cumi-cumi dll.

F.    DAERAH PENANGKAPAN
Purse seine dapat digunakan dari fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
•    Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air
•    Kondisi laut bagus

G.    ALAT BANTU PENANGKAPAN
Adapun alat bantu penangkapan menggunakan pukat cincin tersebut yaitu :
a.    Lampu
b.    Rumpon
  
o    Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti purse seine.Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor), petromaks, lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari perikanan industri).
Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya (phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal / sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.

o    Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat (sinkers / anchor).
Rumpon umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang kedudukan rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung pemberat yang digunakan.
Dalam praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian rupa setelah purse seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu penggerak (skoci, jukung, canoes)
Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang nelayan terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di halau engan menggunakan galah dari satu sisi perahu.

H.    TEKNIK PENANGKAPAN (SITTING DAN MOULTING)
Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada juga yang menggunakan samping kapal.
    

 

•    Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.

•    Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

I.    HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANGKAPAN
1.    Kecerahan Perairan
Transparasi air penting diketahui untuk menentukan kekuatan atau banyak sedikit lampu. Jika kecerahan kecil berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel yang menyebar di dalam air, maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan (diserap) oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian atau memberi efek pada ikan yang ada yang letaknya agak berjauhan.

2.    Adanya Gelombang
Angin dan arus angin. Arus kuat dan gelombang besar jelas akan mempengaruhi kedudukan lampu. Justru adanya faktor-faktor tersebut yang akan merubah sinar-sinar yang semula lurus menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan (flickering light). Makin besar gelombang makin besar pula flickering lightnyadan makin besar hilangnya efisiensi sebagai daya penarik perhatian ikan-ikanmaupun biota lainnya menjadi lebih besar karena ketakutan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan penggunaan lampu yang kontruksinya disempurnakan sedemikian rupa, misalnya dengan memberi reflektor dan kap (tudung) yang baik atau dengan menempatkan under water lamp.

3.    Sinar Bulan
Pada waktu purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan dengan menggunakan lampu (ligth fishing) karena cahaya terbagi rata, sedang untuk penangkapan dengan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu terbias sempurna ke dalam air.

4.    Musim
Untuk daerah tertentu bentuk teluk dapat memberikan dampak positif untuk  penangkapan yang menggunakan lampu, misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan arus kuat. Penangkapan dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana saja maupun setiap musim asalkan angin dan gelombang tidak begitu kuat.

5.    Ikan dan Binatang Buas
Walaupun semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahaya lampu, namun umumnya lebih didominasi oleh ikan-ikan kecil. Jenis-jenis ikan besar (pemangsa) umumnya berada di lapisan yang lebih dalam sedang binatang-binatang lain seperti ular laut, lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengelilingi kawanan-kawanan ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang tersebut sebentar-sebentar menyerbu (menyerang) ikan-ikan yang bekerumun di bawah lampu dan akhirnya mencerai beraikan kawanan ikan yang akan ditangkap.

6.    Panjang dan Kedalaman Jaring
Untuk purse seine yang beroperasi dengan satu kapal digunakan jaring yang tidak terlalu panjang tetapi agak dalam karena gerombolan ikan di bawah lampu tidak bergerak terlalu menyebar . jaring harus cukup dalam untuk menangkap gerombolan ikan mulai permukaan sampai area yang cukup dalam di bawah lampu.

7.    Kecepatan kapal pada waktu melingkari gerombolan ikan
Jika kapal dijalankan cepat maka gerombolan ikan dapat segera terkepung.

8.    Kecepatan Menarik Purse Line
Purse seine harus ditarik cepat agar ikan jangan sampai melarikan diri ke bawah.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
•    Disebut pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” (purs line) atau tali “kerut” dilakukan di dalamnya.  Fungsi cincin dan tali kerut tersebut jaring yang semula  tidak berkantong akan terbentuk kantong pada tiap akhir penangkapan (Subani dan Barus, 1989).
•    Purse seine dapat dibedakan atas berbagai segi.  Ada yang membedakan berdasarkan ada tidaknya kantong, sehingga dikenal ada purse seine berkantong dan purse seine tanpa kantong.  Akan tetapi, ada juga yang membedakan berdasarkan jumlah kapal yang digunakan sehingga dikenal one boat purse seine dan two boat purse seine.  Ada pula yang menggolongkan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan sehingga kita kenal tuna purse seine, sardine purse seine, dan sebagainya.
•    Dalam pengoperasian purse seine dikenal dua cara yaitu (1) purse seine dioperasikan dengan mengejar gerombolan ikan, hal ini biasanya dilakukan pada siang hari; (2) menggunakan alat Bantu penangkapan seperti rumpon, cahaya dan fish finder.  Hal ini dapat dilakukan pada siang hari dan malam hari.

B.    SARAN
•    Pemilihan netting material haruslah hati-hati dengan melihat edan mempertimbangkan kekuatan arus dan keadaan stabil tidaknya arus tersebut.  Jaring harus mempunyai sinking speed yang tinggi sehingga tidak dihanutkan oleh arusdan dapat pula mencegah ikan melarikan diri.  Untuk itu pada purse seine kita perlukan twine yang halus dan berat, dengan permukaan yang licin (lunak).
•    hal lain yang juga penting diperhatikan adalah ukuran benang (twinw size).  Seluruh bagian dari purse seine kecuali pada bagian bunt (kantong) dibuat dari netting dengan ukuran twine yang sama besar.  Badan utama merupakan bagian terbesar dari jaring (70 – 80 %), harus dibuat dari netting dengan twine yang tipis sehingga bisa lebih ringan.  Sedangkan pada bagian bunt dibuat dengan twine yang tebal dan lebih besar dari pada twine yang terdapat pada lajur netting yang berdekatan dengan bunt.


DAFTAR PUSTAKA
Au. Ayodya. DASEN FAKULTAS PERIKANAN. Cetakan Pertama. Penerbit :Yayasan Dewi Sri. IPB. Bogor.
Waluyo Subani dan H.R Barus.1989.ALAT PENANGKAPAN IKAN DAN UDANG LAUT DI INDONESIA. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
WWW. MAINE AQUARIUM.COM
WWW.FISHERIES.COM
Email : afiq_mbo@yah

Rabu, 28 November 2012

faktor kebahasaan dan non kebahasaan dalam penulisan karya tulis ilmiah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Indonesia yang berasal dari bahasa melayu. Hal ini dilandaskan dalam kongres Bahasa Indonesia II Tahun 1945 di Medan. Bahasa Indonesia sendiri mempunyai kedudukan penting, antara lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara Indonesia ialah bahasa Indonesia. Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945.
Menulis Karya Ilmiah adalah suatu ketrampilan seseorang yang didapat melalui berbagai latihan menulis. Hasil pemikiran, baik konseptual maupun yang disertai bukti empirik, tidak banyak berguna jika tidak disebarluaskan.
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau yang biasa digunakan (tidak terlalu formal).

1.2.    RUMUSAN MASALAH
Apa saja yang termasuk faktor kebahasaan dan non kebahasaan dalam penulisan Karya Tulis Imiah ?

1.3.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini, untuk memenuhi tugas mata kuliah menulis dan juga mengetahui bagaimana cara memahami faktor kebahasaan dan non kebahasaan di dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan baik dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Faktor Kebahasaan Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Bahasa Indonesia memiliki ragam bahasa lisan dam ragam bahasa tulis yang berbeda, yang menimbulkan kesulitan bagi orang yang menulis karya ilmiah. Dalam hubungannya dengan ragam tulis ilmiah, kesulitan dirasakan karena laras bahasa teks mengharuskan digunakan bahasa yang berciri tepat, singkat, jelas, teratur, dan baku.
Berikut ini secara singkat disajikan perangkat kebahasaan dan patokan penggunaannya dalam penulisan karya ilmiah, yang perlu menjadi acuap pada aspek kebahasaan dan etika penulisan karya ilmiah.

a.    Bahasa Baku
Ciri pertama bahasa baku memiliki sifat kematangan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tepat. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat. Ciri kedua yang memadai bahasa baku adalah kecendekiaannya. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar pengungkapkan penalaran yang teratur, logis dan masuk akal. Ciri ketiga pembakuan bahasa adalah adanya penyeragaman kaidah, bukan penyamaan bahasa atau penyeragaman variasi bahasa.

b.    Fungsi Bahasa Baku
Bahasa baku memiliki empat fungsi, tiga diantaranya bersifat pelambang atau simbolik, sedangkan yang satunya lagi bersifat objektif: (1) bahasa pemersatu, (2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawa kewibawaan, dan (4) fungsi sebai kerangka acuan.
•    Fungsi pemersatu adalah bahasa baku yang mempersatuka mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur seorang dengan seluruh masyarakat itu.
•    Fungsi pemberi kekhasan adalah yang diemban oleh bahasa baku memperbedakan bahasa itu dari bahasa yang lain, karena fungsi itu bahasa baku memperkuat prasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan.
•    Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri
•    berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pamakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah  yang dikondifikasi yang jelas (bahasa baku). Norma dan kaidah itu menjadi tolak bagi betul tidaknya pemakaian bahasa orang, seorang atau golongan.

c.    Ciri Bahasa Indonesia Baku

1.    Pemakai prefiks me- dan ber- secara eksplisit dan konsisten.
Contoh: penyakit menyerang kampung itu (baku). Penyakit serang kampung itu (non baku).
2.    Pemakaian fungsi gramatikal, (subjek, predikat dan sebagainya) secara eksplisit dan konsisten.
Contoh: Ia pergi kekantor (baku). Ia kekantor (non baku).
3.    Terbatasnya unsur-unsur lesksikal dan gramatikal dari dialek-dialek regional dan bahasa-bahasa daerah yang belum dianggap unsur bahasa Indonesia.
4.    Pemakaian konjuksi bahwa dan karena secara eksplisit dan konsisten.
Contoh: saya tahu bahwa saya tidak lulus (baku).saya tahu saya tidak lulus (non baku).
5.    Pemakaian pola frase verbal + agen + secara konsisten.
Contoh: sudah engkau baca surat itu (baku). Engkau sudah baca surat itu (non baku).
6.    Pemakaian konstruksi sintesis.
Contoh: harganya (baku). Dia punya harga (non baku)
7.    Pemakaian partikel-kah dan pun bila ada secara konsisten.
Contoh: bagaimanakah kasus itu ? (baku). Bagaimana kasus itu? (non baku).
8.    Pemakaian unsur leksikal berikut berada dari unsur-unsur yang memadai bahasa non baku.
Contoh: silakan (baku). Silahkan (non baku).
9.    Pemakaian polaritas tutur kata yang konsisten, saya, tuan, saudara dan sebagainya.
10.    Pemakaian istilah resmi.
11.    Pemakaian Ejaan yang Disempurnakan.

d.    Sifat Bahasa Tulis
Seperti diketahui bahwa sistem tulisan merepresentasikan  bahasa yang berupa kesan bunyi menjadi bentuk grafis, yang merupakan kesan visual. Dengan demikian, apabila bahasa itu diwujudkan dalam bentik grafis, akan muncul bahasa tulis. Disamping bahasa tulis sebagaimana dikemukakan di atas bahasa tulis mempunyai kelebihan. Bentuk grafis kata-kata yang dirangkaikan dalam kalimat secara gramatikal  terlihat sebagai suatu yang tetap stabil. Dibandingkan dengan bunyi, bentu-bentuk grafis itu lebih cocok menerangkan kesatuan bahasa sepanjang masa.
Pemakaian bentuk bahasa bagian morfologis, sintaksis, dan semantis dalam bahasa tulis dapat lebih cermat dikontrol oleh penulis  sehingga pemakaian bentuk bahasa tersebut sesuai dengan kaidah gramatikal. Hal itu dapat dilakukan penulis berkat adanya waktu dan kesempatan untuk membaca dan membetulkan kembali kalimat-kalimatnya jika terdapat kesalahan. Dengan adanya waktu dan kesempatan ini pula penyimpanan pesan komunikasi dalam bahasa tulis dapat dilakukan secara sistematis.
e.    Aspek Kebahasaan dan Etika
Aspek kebahasaan dan etika dalam karya tulis ilmiah yang khusus terlihat dalam pemilihan dan pemakaian kata serta bentuk-bentuk gramatikal, terutama dalam tataran sintaksis.kosa kata dalam bahasa ilmiah bersifat denotatif, artinya setiap kata mempunyai satu makna yang paling sesuai dengan konsep yang akan di disampaikan. Kalimat dalam karya ilmiah bersifat logis. Hubungan antara bagia-bagian dalam kalimat tunggal atau hubungan antara klausa-klausa dalam kalimat kompleks mengikuti pola-pola bentuk hubungan logis. Bahasa karangan ilmiah selain harus memenuhi kaidah-kaidah umum bahasa Indonesia harus juga memenuhi syarat-syarat khusus sehingga mempunyai ciri-ciri tertentu diantaranya:
•    Nada tulisan Ilmiah bersifat formal dan objektif.
•    Lazim dipakai titik pandang nara (person)ketiga raga (voice) pasif.
•    Titik pandang nahu ( gramatikal point of view) harus taat baik mengenai ragam (voice) dan modus, maupun mengenai nara (person) dan kata gantinya (pronom).
•    Kalimat dan paragraf dalam karangan Ilmiah panjang dan sedang.
•    Pemakai majas terbatas.

2.2.    Non Kebahasaan dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis non Ilmiah (karya non Ilmiah) adalah karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya tulis non Ilmiah itupun bervariasi bahan topiknya dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung oleh fakta umum. Bahasanya mungkin kongkret atau abstrak, gaya bahasanya mungkin formal dan teknis, atau formal dan populer.

a.    Sifat Karya Non Tulis Ilmiah

•    Motif, lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang kadang melampaui kebenaran,
•    Persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca,
•    Deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung oleh data dan fakta, dan
•    Terkadang over claiming, karya non ilmiah ini terutama dapat dilihat  dalam bentuk karya-karya seni, seperti cerpen, novel, puisi, komik dan lai- lain yang semisalnya.

b.    Macam-macam Karya Non Tulis Ilmiah

a.    Cerpen, suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.
b.    Dengeng, merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, diakhir kisah biasanya mengandung pesan moral.
c.    Roman, adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa ataupun ganjaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.
d.    Novel, sebuah karya fiksi prosa yang tertulis naratif, biasanya dalam bentuk cerita.
e.    Drama, adalah suatu bentuk karya satra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
BAB III
PENUTUP
3.1.    KESIMPULAN
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa fakto-faktor yang berpengaruh terhadap Karya Tulis Ilmiah harus memperhatikan fakto-faktor kebahasaan dan mengadakan penelitian sebelum menulis karya tulis fiksi atau non fiksi seharusnya sudah menadi suatu kewajiban bagi seorang penulis fiksi, apalagi penulis non fiksi  karena dengan melakukan penelitian, seorang penulis dapat mengetahui  dengan lebih dalam tentang seluk beluk subjuk yang hendak dia bahas dalam tulisannya. Namun demikian, masih banyak penulis yang enggan meneliti subjek yang hendak dibahasnya,entah karena sudah merasa mengenal betul subjuk tersebut atau malas mencari tau yang lebih dalam lagi. Padahal, penelitian yang sederhana sekalipun akan memberi masukan kepada si penulis, sehingga akan mengangkat kualitas tulisannya.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan non ilmiah yang telah disebutkan diatas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skiripsi, tesis, disertai:  yang tergolong dalam karangan semi-ilmiah antara lain artikel, kritik, esai, resensi: yang tergolong karangan non ilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah.perbedaan yang dimaksud dapat di cermati dalam beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan  suatu hasil penelitian (faktual objektif).

3.2.    SARAN
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah sebaiknya harus memperhatikan faktor kebahasaan dalam penggunaan menurut Ejaan yang Disempurnakan (EYD), agar faktor tersebut sebagai warning sehingga dapat menghasilkan Karya Ilmiah yang dapat diterima seluruh pihak dan khalayak.

Sabtu, 24 November 2012

Mau ku bukan ingin ku Merubah mu

Jika kau sayang padaku……
ini bukan cara terbaik tuk menjawab semuanya
jika kau mau kau bisa maki aku hingga ku malu
mau ku hanya kau yang dulu
bukan dirimu yang marah ketika ku berucap
mau ku hanya dirimu ada di manapun ku berada
bukan kau menghilang dari dunia ku
mungkin ku salah menyampaikan pesan ini padamu
hingga dirimu salah mengartikannya
maaf kan ku jika ku salah
mau ku bukan ingin ku merubah mu…

Kehidupan dan Keindahan: Mimpi yang Hilang

Kehidupan dan Keindahan: Mimpi yang Hilang: Ingin Ku gapai berjuta bintang di atas sana Namun semua itu mustahil bagi ku untuk menggapainya Ingin Ku genggam cahaya bulan purnama Nam...

Mimpi yang Hilang

Ingin Ku gapai berjuta bintang di atas sana
Namun semua itu mustahil bagi ku untuk menggapainya
Ingin Ku genggam cahaya bulan purnama
Namun ku tak sanggup menahan panasnya cahaya
Keinginan kaki mendaki gunung Fujiyama
Namun apalah daya kaki ini sulit untuk melangkahnya
Berjuta bintang yang ingin ku gapai tak mungkin terlaksana
Karna bintang bintang itu sudah jauh di atas dunia
Cahaya bulan purnama yang ingin ku genggam itu masih menjelma
Hanya bayangan di dalam impian ku menuju indahnya cinta
Keinginan kaki untuk mendaki tingginya gunung Fujiyama
Kini terhenti di tengah jalan
Cita cita yang ingin ku gapai itu sudah berlalu
Cita cinta yang ingin ku genggam bagai cahaya bulan purnama itu
Kini telah tergantikan oleh gerhananya menjadi cahaya kelam dalam kalbu
Jauhnya perjalanan menuju impian yang membeku
Bagai tingginya gunung Fujiyama yang ingin ku daki itu
Impian itu perlahan lahan menghilang terhempaskan pilu
Karna aku tahu aku tak mungkin menggapai semuanya yang ku mau
Tidak semuanya yang aku mau bisa menjadi kenyataan
Tidak semestinya keinginan itu selalu tercapai dengan yang di harapkan
Aku sadar mata ini masih bisa melihat kenyataan
Dan aku akan terbangun dari impian
Agar aku bisa menerima semua kenyataan
Aku yang memimpikan Cita cita yang begitu tinggi
Aku yang bermimpi hidup bersama cinta yang sejati
Kini aku terbangun dari tidur panjang yang sudah ku lewati
Termenung ku di atas tempat tidur ku malam tadi
Di saat ku buka jendela senyuman mentari pagi menyapa ku dengan berseri
Berbisik hangat tentang impian yang telah ku lewati
  Hidup ini indah jangan lah putus harapan dalam hati
Raih lah mimpi itu walapun sudah terlewati hari
Karna kegagalan adalah awal dari keberhasilan di suatu hari

Kamis, 22 November 2012

Cara Mengetahui Cinta Sejati atau Tidak



1. Cinta sejati tidak sama dengan nafsu
Cinta dan nafsu sering kali membingungkan kita. Sebenernya, kebanyakan tema film, lagu, novel bukanlah tentang cinta, melainkan nafsu. Bagaimana membedakanya?
cinta tahan uji, … nafsu mudah luntur …
cinta menghargai … nafsu memanfaatkan …
Daya tarik fisik sering kali menjadi satu sinyal awal dari tumbuhnya Cinta sejati, tapi itu belum jadi cinta sejati.

2. Cinta tidak sama dengan keromantisan
Perasaan romantis memang luar biasa dalam hubungan dekat antara pria dan wanita. Tuhan memang merancang agar kita mengalami perasaan seperti ini dalam hubungan istimewa dengan lawan jenis. Namun gairah dan kehangatan romansa tidak dapat disamakan dengan cinta. Keromantisan merupakan suatu perasaan; sedangkan cinta sejati masih memiliki makna yang jauh lebih dalam lagi.

3. Cinta sejati tidak sama dengan tergila-gila
Perasaan tergila-gila adalah daya tarik dan gairah yang kuat dalam diri seseorang terhadap lawan jenisnya. Kamu akan memikirkan dia siang dan malam. Pikiranmu tersita oleh orang itu sehingga kau tidak dapat berkonsentrasi pada hal yang lain. Kata lain dari persaan tergila-gila ialah puppy love atau cinta monyet. Jatuh cinta atau cinta pandangan pertama biasanya mereka berbicara ttg perasaan tergila-gila…

4. Cinta sejati tidak sama dengan seks
Cinta merupakan proses ; seks merupakan suatu tindakan. Cinta bisa dipelajari; seks merupakan naluri. Cinta membutuhkan perhatian terus menerus; seks tidak perlu seperti itu. Cinta membutuhkan waktu untuk berkembang dan menjadi dewasa; seks tidak perlu waktu untuk berkembang. Cinta membutuhkan interaksi emosional dan rohani; seks hanya membutuhkan interaksi fisik. Cinta membuat hubungan makin dalam; seks tanpa cinta membuat hubungan jadi renggang.

Pada dasarnya ada tiga perilaku dalam membina hubungan dengan orang lain, yang seringkali disebut “Cinta”.

1. “aku mencintaimu jika…”
Cinta bersyarat, ‘cinta jika’, ialah cinta yg mengajukan persyaratan. cinta semacam ini diberikan atau diterima jika persyaratan tertentu dipenuhi, contoh aku mencintaimu jika kau mau berhubungan seks denganku sekali saja… ‘cinta jika’ selalu mengikat. Selama syarat terpenuhi, hubungan itu baik-baik saja. Namun saat persyaratan itu tak terpenuhi, cinta itu pun pupus. Banyak perkimpoian kandas karena dibangun berdasarkan ‘cinta jika’. ‘Cinta jika’ bukan cinta sejati. jika kau berhubungan dengan seseorang dan merasa harus melakukan sesuatu dulu untuk mendapatkan cinta, berarti hubungan yg kau miliki bukan didasarkan pada cinta sejati.

2. “aku mencintaimu karena…”
Seseorang mencintai orang lain karena sesuatu yang dimiliki atau dilakukan orang itu. Contoh, aku mencintaimu karena kamu cantik, baik, dsb. Kedengerannya cinta karena cukup bagus hampir semua orang suka dicintai krn pribadi mereka atau apa yg mereka lakukan. ‘Cinta karena’ bukanlah cinta sejati. Kamu mungkin merasa tertarik kepada seseorang karena kepribadiannya, kedudukannya, kecerdasannya, keterampilannya, dsb. Namun, jika dasar cintamu tidak lebih dalam dari apa yang sekadar terlihat yang dimiliki atau dilakukan seseorang, maka cinta itu tidak akan bertahan lama.

3. Cinta titik
Jenis cinta ketiga adalah cinta tanpa syarat. Jenis ini mengatakan aku mencintaimu meski kau akan mengalami banyak perubahan. Tak ada sesuatupun yang dapat kau buat untuk memadamkan cintaku. ‘Cinta titik’ bukan cinta buta. Cinta jenis ini dapat dan benar-benar mengenal secara mendalam orang yang dicintainya. Cinta ini menyadari kemungkinan terjadinya kegagalan, kekurangan dan kesalahan orang itu.

Tak ada cara untuk mengusahakan cinta jenis ini, tapi sebaliknya kau juga tidak dapat kehilangan cinta yg seperti ini. ‘Cinta titik’ berbeda dari ‘cinta jika’ karena cinta ini tidak perlu memenuhi syarat tertentu sebelum diberikan. Juga berbeda dengan ‘cinta karena’ sebab tidak ditentukan oleh menarik tidaknya si dia atau nilai-nilai yang disukai oleh pihak lain.

Nafsu, keromantisan, perasaan tergila-gila, seks, ‘cinta jika’, dan ‘cinta karena’ sama-sama ingin mendapatkan sesuatu dari orang lain, sebaliknya cinta sejati suka memberi kepada orang lain.

Rabu, 21 November 2012

Alasan Bung Karno Digila-gilai Wanita

Bung Karno  menyanjung wanita

Masyarakat hanya tahu, Bung Karno menyukai wanita-wanita… dan… wanita-wanita juga menggilai Bung Karno. Berbicara mengenai Bung Karno and his women, orang-orang dekatnya menjulukinya “jagoan”. Tentu wajar kalau kita bertanya, “Mengapa Bung Karno menjadi idola para wanita?”

Adalah Bambang Widjanarko, ajudan yang selama delapan tahun setia mendampinginya, tahu banyak tentang Bung Karno dan wanita-wanita di sekelilingnya. Ihwal mengapa Bung Karno begitu mudah dicintai wanita, itu karena terhadap setiap wanita yang sedang dihadapinya, ia selalu dapat mencurahkan perhatiannya kepada wanita itu. Tentu saja, wanita itu akan merasa dia sajalah wanita yang paling dihargai dan paling dicintai oleh Bung Karno.

Hal lain yang secara alami melekat pada pesona Bung Karno adalah taraf intelektualitasnya yang tinggi, serta sikap gallant setiap menghadapi wanita, tak peduli tua atau muda. Gallantery Bung Karno inilah yang pertama-tama akan membuat wanita senang, merasa dihargai oleh BK. Seperti ditunjukkan dalam banyak peristiwa, tidak segan-segan Bung Karno mengambilkan sendiri minuman bagi seorang tamu wanita, atau membantu memegang tangan wanita itu sewaktu turun dari mobil.
BK - Hollywood
Tidak habis sampai di situ, pesona Bung Karno di mata wanita. Hal lain yang secara alamiah melekat pada dirinya adalah perhatian yang spontan terhadap hal-hal kecil yang barangkali luput dari perhatian pria lain, atau bahkan perhatian suaminya sendiri. Misal, terhadap istri-istri para menteri atau orang dekatnya, Bung Karno spontan akan mengomentari apa saja yang ia rasa kurang pas. Atau spontan meluncurkan pujian jika ia melihat adanya keserasian dan keindahan dalam diri wanita itu.
Beberapa komen Bung Karno misalnya, “Lipstick-mu tidak cocok dengan kebaya yang kau kenakan.” Atau, “Nyonya kelihatan jauh lebih muda dengan tatanan rambut yang baru.” Itu hanya beberapa komentar spontan Bung Karno terhadap wanita-wanita yang dijumpainya. Termasuk para istri duta besar yang dikenal baik.

Tak heran, jika sedang melawat ke luar negeri, di mana para wanitanya jauh lebih bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, sangat sering terdengar komentar mereka yang mengatakan, “Your President is a real gentleman,” setelah bertemu Bung Karno.

Puisi Kerinduan Angin Pada Bidadari

Malam dengan kemegahan sang kelam
terkihat bintang mencumbui sang rembulan
kunang-kunang bersinar bersahabat dengan gelap malam
Tak ada sang hujan Menambah indahnya Alam
Angin meringkuk sepi di peraduan
Menanti sayap Bidadari tak pergi tertahan
Dengan airmata angin mengadu pada hujan
menyirat rintik grimis mulai berjatuhan
pada kepedihan yang jauh tertahan
pada Perih peluh mulai mengering
terbawa ayunan melangkah mengiring
angin merindukan senyum bidadari nan menawan
Angin terbelenggu tak bisa pergi
Angin teriak Tak terdengar lagi
Angin berlari tak terhampiri
Karena Bidadari telah Pergi tak Kembali
angin pun bercerita pada malam tentang kisah panjang
hembusan Sepoy angin pada malam memenatkan
Sekali lagi angin terkalahkan oleh keadaan
tuk pertahankan cinta terasa menyesakan