BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Indonesia yang berasal dari bahasa melayu. Hal ini dilandaskan dalam kongres Bahasa Indonesia II Tahun 1945 di Medan. Bahasa Indonesia sendiri mempunyai kedudukan penting, antara lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara Indonesia ialah bahasa Indonesia. Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945.
Menulis Karya Ilmiah adalah suatu ketrampilan seseorang yang didapat melalui berbagai latihan menulis. Hasil pemikiran, baik konseptual maupun yang disertai bukti empirik, tidak banyak berguna jika tidak disebarluaskan.
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau yang biasa digunakan (tidak terlalu formal).
1.2. RUMUSAN MASALAH
Apa saja yang termasuk faktor kebahasaan dan non kebahasaan dalam penulisan Karya Tulis Imiah ?
1.3. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini, untuk memenuhi tugas mata kuliah menulis dan juga mengetahui bagaimana cara memahami faktor kebahasaan dan non kebahasaan di dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Faktor Kebahasaan Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Bahasa Indonesia memiliki ragam bahasa lisan dam ragam bahasa tulis yang berbeda, yang menimbulkan kesulitan bagi orang yang menulis karya ilmiah. Dalam hubungannya dengan ragam tulis ilmiah, kesulitan dirasakan karena laras bahasa teks mengharuskan digunakan bahasa yang berciri tepat, singkat, jelas, teratur, dan baku.
Berikut ini secara singkat disajikan perangkat kebahasaan dan patokan penggunaannya dalam penulisan karya ilmiah, yang perlu menjadi acuap pada aspek kebahasaan dan etika penulisan karya ilmiah.
a. Bahasa Baku
Ciri pertama bahasa baku memiliki sifat kematangan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tepat. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat. Ciri kedua yang memadai bahasa baku adalah kecendekiaannya. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar pengungkapkan penalaran yang teratur, logis dan masuk akal. Ciri ketiga pembakuan bahasa adalah adanya penyeragaman kaidah, bukan penyamaan bahasa atau penyeragaman variasi bahasa.
b. Fungsi Bahasa Baku
Bahasa baku memiliki empat fungsi, tiga diantaranya bersifat pelambang atau simbolik, sedangkan yang satunya lagi bersifat objektif: (1) bahasa pemersatu, (2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawa kewibawaan, dan (4) fungsi sebai kerangka acuan.
• Fungsi pemersatu adalah bahasa baku yang mempersatuka mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur seorang dengan seluruh masyarakat itu.
• Fungsi pemberi kekhasan adalah yang diemban oleh bahasa baku memperbedakan bahasa itu dari bahasa yang lain, karena fungsi itu bahasa baku memperkuat prasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan.
• Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri
• berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pamakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah yang dikondifikasi yang jelas (bahasa baku). Norma dan kaidah itu menjadi tolak bagi betul tidaknya pemakaian bahasa orang, seorang atau golongan.
c. Ciri Bahasa Indonesia Baku
1. Pemakai prefiks me- dan ber- secara eksplisit dan konsisten.
Contoh: penyakit menyerang kampung itu (baku). Penyakit serang kampung itu (non baku).
2. Pemakaian fungsi gramatikal, (subjek, predikat dan sebagainya) secara eksplisit dan konsisten.
Contoh: Ia pergi kekantor (baku). Ia kekantor (non baku).
3. Terbatasnya unsur-unsur lesksikal dan gramatikal dari dialek-dialek regional dan bahasa-bahasa daerah yang belum dianggap unsur bahasa Indonesia.
4. Pemakaian konjuksi bahwa dan karena secara eksplisit dan konsisten.
Contoh: saya tahu bahwa saya tidak lulus (baku).saya tahu saya tidak lulus (non baku).
5. Pemakaian pola frase verbal + agen + secara konsisten.
Contoh: sudah engkau baca surat itu (baku). Engkau sudah baca surat itu (non baku).
6. Pemakaian konstruksi sintesis.
Contoh: harganya (baku). Dia punya harga (non baku)
7. Pemakaian partikel-kah dan pun bila ada secara konsisten.
Contoh: bagaimanakah kasus itu ? (baku). Bagaimana kasus itu? (non baku).
8. Pemakaian unsur leksikal berikut berada dari unsur-unsur yang memadai bahasa non baku.
Contoh: silakan (baku). Silahkan (non baku).
9. Pemakaian polaritas tutur kata yang konsisten, saya, tuan, saudara dan sebagainya.
10. Pemakaian istilah resmi.
11. Pemakaian Ejaan yang Disempurnakan.
d. Sifat Bahasa Tulis
Seperti diketahui bahwa sistem tulisan merepresentasikan bahasa yang berupa kesan bunyi menjadi bentuk grafis, yang merupakan kesan visual. Dengan demikian, apabila bahasa itu diwujudkan dalam bentik grafis, akan muncul bahasa tulis. Disamping bahasa tulis sebagaimana dikemukakan di atas bahasa tulis mempunyai kelebihan. Bentuk grafis kata-kata yang dirangkaikan dalam kalimat secara gramatikal terlihat sebagai suatu yang tetap stabil. Dibandingkan dengan bunyi, bentu-bentuk grafis itu lebih cocok menerangkan kesatuan bahasa sepanjang masa.
Pemakaian bentuk bahasa bagian morfologis, sintaksis, dan semantis dalam bahasa tulis dapat lebih cermat dikontrol oleh penulis sehingga pemakaian bentuk bahasa tersebut sesuai dengan kaidah gramatikal. Hal itu dapat dilakukan penulis berkat adanya waktu dan kesempatan untuk membaca dan membetulkan kembali kalimat-kalimatnya jika terdapat kesalahan. Dengan adanya waktu dan kesempatan ini pula penyimpanan pesan komunikasi dalam bahasa tulis dapat dilakukan secara sistematis.
e. Aspek Kebahasaan dan Etika
Aspek kebahasaan dan etika dalam karya tulis ilmiah yang khusus terlihat dalam pemilihan dan pemakaian kata serta bentuk-bentuk gramatikal, terutama dalam tataran sintaksis.kosa kata dalam bahasa ilmiah bersifat denotatif, artinya setiap kata mempunyai satu makna yang paling sesuai dengan konsep yang akan di disampaikan. Kalimat dalam karya ilmiah bersifat logis. Hubungan antara bagia-bagian dalam kalimat tunggal atau hubungan antara klausa-klausa dalam kalimat kompleks mengikuti pola-pola bentuk hubungan logis. Bahasa karangan ilmiah selain harus memenuhi kaidah-kaidah umum bahasa Indonesia harus juga memenuhi syarat-syarat khusus sehingga mempunyai ciri-ciri tertentu diantaranya:
• Nada tulisan Ilmiah bersifat formal dan objektif.
• Lazim dipakai titik pandang nara (person)ketiga raga (voice) pasif.
• Titik pandang nahu ( gramatikal point of view) harus taat baik mengenai ragam (voice) dan modus, maupun mengenai nara (person) dan kata gantinya (pronom).
• Kalimat dan paragraf dalam karangan Ilmiah panjang dan sedang.
• Pemakai majas terbatas.
2.2. Non Kebahasaan dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis non Ilmiah (karya non Ilmiah) adalah karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya tulis non Ilmiah itupun bervariasi bahan topiknya dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung oleh fakta umum. Bahasanya mungkin kongkret atau abstrak, gaya bahasanya mungkin formal dan teknis, atau formal dan populer.
a. Sifat Karya Non Tulis Ilmiah
• Motif, lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang kadang melampaui kebenaran,
• Persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca,
• Deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung oleh data dan fakta, dan
• Terkadang over claiming, karya non ilmiah ini terutama dapat dilihat dalam bentuk karya-karya seni, seperti cerpen, novel, puisi, komik dan lai- lain yang semisalnya.
b. Macam-macam Karya Non Tulis Ilmiah
a. Cerpen, suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.
b. Dengeng, merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, diakhir kisah biasanya mengandung pesan moral.
c. Roman, adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa ataupun ganjaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.
d. Novel, sebuah karya fiksi prosa yang tertulis naratif, biasanya dalam bentuk cerita.
e. Drama, adalah suatu bentuk karya satra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa fakto-faktor yang berpengaruh terhadap Karya Tulis Ilmiah harus memperhatikan fakto-faktor kebahasaan dan mengadakan penelitian sebelum menulis karya tulis fiksi atau non fiksi seharusnya sudah menadi suatu kewajiban bagi seorang penulis fiksi, apalagi penulis non fiksi karena dengan melakukan penelitian, seorang penulis dapat mengetahui dengan lebih dalam tentang seluk beluk subjuk yang hendak dia bahas dalam tulisannya. Namun demikian, masih banyak penulis yang enggan meneliti subjek yang hendak dibahasnya,entah karena sudah merasa mengenal betul subjuk tersebut atau malas mencari tau yang lebih dalam lagi. Padahal, penelitian yang sederhana sekalipun akan memberi masukan kepada si penulis, sehingga akan mengangkat kualitas tulisannya.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan non ilmiah yang telah disebutkan diatas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skiripsi, tesis, disertai: yang tergolong dalam karangan semi-ilmiah antara lain artikel, kritik, esai, resensi: yang tergolong karangan non ilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah.perbedaan yang dimaksud dapat di cermati dalam beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif).
3.2. SARAN
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah sebaiknya harus memperhatikan faktor kebahasaan dalam penggunaan menurut Ejaan yang Disempurnakan (EYD), agar faktor tersebut sebagai warning sehingga dapat menghasilkan Karya Ilmiah yang dapat diterima seluruh pihak dan khalayak.
Rabu, 28 November 2012
Sabtu, 24 November 2012
Mau ku bukan ingin ku Merubah mu
Jika kau sayang padaku……
ini bukan cara terbaik tuk menjawab semuanya
jika kau mau kau bisa maki aku hingga ku malu
mau ku hanya kau yang dulu
bukan dirimu yang marah ketika ku berucap
mau ku hanya dirimu ada di manapun ku berada
bukan kau menghilang dari dunia ku
mungkin ku salah menyampaikan pesan ini padamu
hingga dirimu salah mengartikannya
maaf kan ku jika ku salah
mau ku bukan ingin ku merubah mu…
ini bukan cara terbaik tuk menjawab semuanya
jika kau mau kau bisa maki aku hingga ku malu
mau ku hanya kau yang dulu
bukan dirimu yang marah ketika ku berucap
mau ku hanya dirimu ada di manapun ku berada
bukan kau menghilang dari dunia ku
mungkin ku salah menyampaikan pesan ini padamu
hingga dirimu salah mengartikannya
maaf kan ku jika ku salah
mau ku bukan ingin ku merubah mu…
Kehidupan dan Keindahan: Mimpi yang Hilang
Kehidupan dan Keindahan: Mimpi yang Hilang: Ingin Ku gapai berjuta bintang di atas sana Namun semua itu mustahil bagi ku untuk menggapainya Ingin Ku genggam cahaya bulan purnama Nam...
Mimpi yang Hilang
Ingin Ku gapai berjuta bintang di atas sana
Namun semua itu mustahil bagi ku untuk menggapainya
Ingin Ku genggam cahaya bulan purnama
Namun ku tak sanggup menahan panasnya cahaya
Keinginan kaki mendaki gunung Fujiyama
Namun apalah daya kaki ini sulit untuk melangkahnya
Berjuta bintang yang ingin ku gapai tak mungkin terlaksana
Karna bintang bintang itu sudah jauh di atas dunia
Cahaya bulan purnama yang ingin ku genggam itu masih menjelma
Hanya bayangan di dalam impian ku menuju indahnya cinta
Keinginan kaki untuk mendaki tingginya gunung Fujiyama
Kini terhenti di tengah jalan
Cita cita yang ingin ku gapai itu sudah berlalu
Cita cinta yang ingin ku genggam bagai cahaya bulan purnama itu
Kini telah tergantikan oleh gerhananya menjadi cahaya kelam dalam kalbu
Jauhnya perjalanan menuju impian yang membeku
Bagai tingginya gunung Fujiyama yang ingin ku daki itu
Impian itu perlahan lahan menghilang terhempaskan pilu
Karna aku tahu aku tak mungkin menggapai semuanya yang ku mau
Tidak semuanya yang aku mau bisa menjadi kenyataan
Tidak semestinya keinginan itu selalu tercapai dengan yang di harapkan
Aku sadar mata ini masih bisa melihat kenyataan
Dan aku akan terbangun dari impian
Agar aku bisa menerima semua kenyataan
Aku yang memimpikan Cita cita yang begitu tinggi
Aku yang bermimpi hidup bersama cinta yang sejati
Kini aku terbangun dari tidur panjang yang sudah ku lewati
Termenung ku di atas tempat tidur ku malam tadi
Di saat ku buka jendela senyuman mentari pagi menyapa ku dengan berseri
Berbisik hangat tentang impian yang telah ku lewati
Hidup ini indah jangan lah putus harapan dalam hati
Raih lah mimpi itu walapun sudah terlewati hari
Karna kegagalan adalah awal dari keberhasilan di suatu hari
Namun semua itu mustahil bagi ku untuk menggapainya
Ingin Ku genggam cahaya bulan purnama
Namun ku tak sanggup menahan panasnya cahaya
Keinginan kaki mendaki gunung Fujiyama
Namun apalah daya kaki ini sulit untuk melangkahnya
Berjuta bintang yang ingin ku gapai tak mungkin terlaksana
Karna bintang bintang itu sudah jauh di atas dunia
Cahaya bulan purnama yang ingin ku genggam itu masih menjelma
Hanya bayangan di dalam impian ku menuju indahnya cinta
Keinginan kaki untuk mendaki tingginya gunung Fujiyama
Kini terhenti di tengah jalan
Cita cita yang ingin ku gapai itu sudah berlalu
Cita cinta yang ingin ku genggam bagai cahaya bulan purnama itu
Kini telah tergantikan oleh gerhananya menjadi cahaya kelam dalam kalbu
Jauhnya perjalanan menuju impian yang membeku
Bagai tingginya gunung Fujiyama yang ingin ku daki itu
Impian itu perlahan lahan menghilang terhempaskan pilu
Karna aku tahu aku tak mungkin menggapai semuanya yang ku mau
Tidak semuanya yang aku mau bisa menjadi kenyataan
Tidak semestinya keinginan itu selalu tercapai dengan yang di harapkan
Aku sadar mata ini masih bisa melihat kenyataan
Dan aku akan terbangun dari impian
Agar aku bisa menerima semua kenyataan
Aku yang memimpikan Cita cita yang begitu tinggi
Aku yang bermimpi hidup bersama cinta yang sejati
Kini aku terbangun dari tidur panjang yang sudah ku lewati
Termenung ku di atas tempat tidur ku malam tadi
Di saat ku buka jendela senyuman mentari pagi menyapa ku dengan berseri
Berbisik hangat tentang impian yang telah ku lewati
Hidup ini indah jangan lah putus harapan dalam hati
Raih lah mimpi itu walapun sudah terlewati hari
Karna kegagalan adalah awal dari keberhasilan di suatu hari
Kamis, 22 November 2012
Cara Mengetahui Cinta Sejati atau Tidak
1. Cinta sejati tidak sama dengan nafsu
Cinta dan nafsu sering kali membingungkan kita. Sebenernya, kebanyakan tema film, lagu, novel bukanlah tentang cinta, melainkan nafsu. Bagaimana membedakanya?
cinta tahan uji, … nafsu mudah luntur …
cinta menghargai … nafsu memanfaatkan …
Daya tarik fisik sering kali menjadi satu sinyal awal dari tumbuhnya Cinta sejati, tapi itu belum jadi cinta sejati.
2. Cinta tidak sama dengan keromantisan
Perasaan romantis memang luar biasa dalam hubungan dekat antara pria dan wanita. Tuhan memang merancang agar kita mengalami perasaan seperti ini dalam hubungan istimewa dengan lawan jenis. Namun gairah dan kehangatan romansa tidak dapat disamakan dengan cinta. Keromantisan merupakan suatu perasaan; sedangkan cinta sejati masih memiliki makna yang jauh lebih dalam lagi.
3. Cinta sejati tidak sama dengan tergila-gila
Perasaan tergila-gila adalah daya tarik dan gairah yang kuat dalam diri seseorang terhadap lawan jenisnya. Kamu akan memikirkan dia siang dan malam. Pikiranmu tersita oleh orang itu sehingga kau tidak dapat berkonsentrasi pada hal yang lain. Kata lain dari persaan tergila-gila ialah puppy love atau cinta monyet. Jatuh cinta atau cinta pandangan pertama biasanya mereka berbicara ttg perasaan tergila-gila…
4. Cinta sejati tidak sama dengan seks
Cinta merupakan proses ; seks merupakan suatu tindakan. Cinta bisa dipelajari; seks merupakan naluri. Cinta membutuhkan perhatian terus menerus; seks tidak perlu seperti itu. Cinta membutuhkan waktu untuk berkembang dan menjadi dewasa; seks tidak perlu waktu untuk berkembang. Cinta membutuhkan interaksi emosional dan rohani; seks hanya membutuhkan interaksi fisik. Cinta membuat hubungan makin dalam; seks tanpa cinta membuat hubungan jadi renggang.
Pada dasarnya ada tiga perilaku dalam membina hubungan dengan orang lain, yang seringkali disebut “Cinta”.
1. “aku mencintaimu jika…”
Cinta bersyarat, ‘cinta jika’, ialah cinta yg mengajukan persyaratan. cinta semacam ini diberikan atau diterima jika persyaratan tertentu dipenuhi, contoh aku mencintaimu jika kau mau berhubungan seks denganku sekali saja… ‘cinta jika’ selalu mengikat. Selama syarat terpenuhi, hubungan itu baik-baik saja. Namun saat persyaratan itu tak terpenuhi, cinta itu pun pupus. Banyak perkimpoian kandas karena dibangun berdasarkan ‘cinta jika’. ‘Cinta jika’ bukan cinta sejati. jika kau berhubungan dengan seseorang dan merasa harus melakukan sesuatu dulu untuk mendapatkan cinta, berarti hubungan yg kau miliki bukan didasarkan pada cinta sejati.
2. “aku mencintaimu karena…”
Seseorang mencintai orang lain karena sesuatu yang dimiliki atau dilakukan orang itu. Contoh, aku mencintaimu karena kamu cantik, baik, dsb. Kedengerannya cinta karena cukup bagus hampir semua orang suka dicintai krn pribadi mereka atau apa yg mereka lakukan. ‘Cinta karena’ bukanlah cinta sejati. Kamu mungkin merasa tertarik kepada seseorang karena kepribadiannya, kedudukannya, kecerdasannya, keterampilannya, dsb. Namun, jika dasar cintamu tidak lebih dalam dari apa yang sekadar terlihat yang dimiliki atau dilakukan seseorang, maka cinta itu tidak akan bertahan lama.
3. Cinta titik
Jenis cinta ketiga adalah cinta tanpa syarat. Jenis ini mengatakan aku mencintaimu meski kau akan mengalami banyak perubahan. Tak ada sesuatupun yang dapat kau buat untuk memadamkan cintaku. ‘Cinta titik’ bukan cinta buta. Cinta jenis ini dapat dan benar-benar mengenal secara mendalam orang yang dicintainya. Cinta ini menyadari kemungkinan terjadinya kegagalan, kekurangan dan kesalahan orang itu.
Tak ada cara untuk mengusahakan cinta jenis ini, tapi sebaliknya kau juga tidak dapat kehilangan cinta yg seperti ini. ‘Cinta titik’ berbeda dari ‘cinta jika’ karena cinta ini tidak perlu memenuhi syarat tertentu sebelum diberikan. Juga berbeda dengan ‘cinta karena’ sebab tidak ditentukan oleh menarik tidaknya si dia atau nilai-nilai yang disukai oleh pihak lain.
Nafsu, keromantisan, perasaan tergila-gila, seks, ‘cinta jika’, dan ‘cinta karena’ sama-sama ingin mendapatkan sesuatu dari orang lain, sebaliknya cinta sejati suka memberi kepada orang lain.
Rabu, 21 November 2012
Alasan Bung Karno Digila-gilai Wanita
Masyarakat
hanya tahu, Bung Karno menyukai wanita-wanita… dan… wanita-wanita juga
menggilai Bung Karno. Berbicara mengenai Bung Karno and his women,
orang-orang dekatnya menjulukinya “jagoan”. Tentu wajar kalau kita
bertanya, “Mengapa Bung Karno menjadi idola para wanita?”
Adalah Bambang Widjanarko, ajudan yang selama delapan tahun setia mendampinginya, tahu banyak tentang Bung Karno dan wanita-wanita di sekelilingnya. Ihwal mengapa Bung Karno begitu mudah dicintai wanita, itu karena terhadap setiap wanita yang sedang dihadapinya, ia selalu dapat mencurahkan perhatiannya kepada wanita itu. Tentu saja, wanita itu akan merasa dia sajalah wanita yang paling dihargai dan paling dicintai oleh Bung Karno.
Adalah Bambang Widjanarko, ajudan yang selama delapan tahun setia mendampinginya, tahu banyak tentang Bung Karno dan wanita-wanita di sekelilingnya. Ihwal mengapa Bung Karno begitu mudah dicintai wanita, itu karena terhadap setiap wanita yang sedang dihadapinya, ia selalu dapat mencurahkan perhatiannya kepada wanita itu. Tentu saja, wanita itu akan merasa dia sajalah wanita yang paling dihargai dan paling dicintai oleh Bung Karno.
Hal lain yang secara alami melekat pada pesona Bung Karno adalah taraf intelektualitasnya yang tinggi, serta sikap gallant setiap menghadapi wanita, tak peduli tua atau muda. Gallantery
Bung Karno inilah yang pertama-tama akan membuat wanita senang, merasa
dihargai oleh BK. Seperti ditunjukkan dalam banyak peristiwa, tidak
segan-segan Bung Karno mengambilkan sendiri minuman bagi seorang tamu
wanita, atau membantu memegang tangan wanita itu sewaktu turun dari
mobil.
Tidak habis sampai di situ, pesona Bung Karno di mata wanita. Hal lain yang secara alamiah melekat pada dirinya adalah perhatian yang spontan terhadap hal-hal kecil yang barangkali luput dari perhatian pria lain, atau bahkan perhatian suaminya sendiri. Misal, terhadap istri-istri para menteri atau orang dekatnya, Bung Karno spontan akan mengomentari apa saja yang ia rasa kurang pas. Atau spontan meluncurkan pujian jika ia melihat adanya keserasian dan keindahan dalam diri wanita itu.
Beberapa komen Bung Karno misalnya, “Lipstick-mu tidak cocok dengan kebaya yang kau kenakan.” Atau, “Nyonya kelihatan jauh lebih muda dengan tatanan rambut yang baru.” Itu hanya beberapa komentar spontan Bung Karno terhadap wanita-wanita yang dijumpainya. Termasuk para istri duta besar yang dikenal baik.
Tak heran, jika sedang melawat ke luar negeri, di mana para wanitanya jauh lebih bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, sangat sering terdengar komentar mereka yang mengatakan, “Your President is a real gentleman,” setelah bertemu Bung Karno.
Puisi Kerinduan Angin Pada Bidadari
Malam dengan kemegahan sang kelam
terkihat bintang mencumbui sang rembulan
kunang-kunang bersinar bersahabat dengan gelap malam
Tak ada sang hujan Menambah indahnya Alam
terkihat bintang mencumbui sang rembulan
kunang-kunang bersinar bersahabat dengan gelap malam
Tak ada sang hujan Menambah indahnya Alam
Angin meringkuk sepi di peraduan
Menanti sayap Bidadari tak pergi tertahan
Dengan airmata angin mengadu pada hujan
menyirat rintik grimis mulai berjatuhan
Menanti sayap Bidadari tak pergi tertahan
Dengan airmata angin mengadu pada hujan
menyirat rintik grimis mulai berjatuhan
pada kepedihan yang jauh tertahan
pada Perih peluh mulai mengering
terbawa ayunan melangkah mengiring
angin merindukan senyum bidadari nan menawan
pada Perih peluh mulai mengering
terbawa ayunan melangkah mengiring
angin merindukan senyum bidadari nan menawan
Angin terbelenggu tak bisa pergi
Angin teriak Tak terdengar lagi
Angin berlari tak terhampiri
Karena Bidadari telah Pergi tak Kembali
Angin teriak Tak terdengar lagi
Angin berlari tak terhampiri
Karena Bidadari telah Pergi tak Kembali
angin pun bercerita pada malam tentang kisah panjang
hembusan Sepoy angin pada malam memenatkan
Sekali lagi angin terkalahkan oleh keadaan
tuk pertahankan cinta terasa menyesakan
hembusan Sepoy angin pada malam memenatkan
Sekali lagi angin terkalahkan oleh keadaan
tuk pertahankan cinta terasa menyesakan
Langganan:
Postingan (Atom)